Anda Pengunjung Ke-

free counter

Konsultasi Peternakan

KILAS INFORMASI

KAMI SIAP MENDAMPINGI ANDA
SILAHKAN DIPILIH JASA PELATIHAN DIBIDANG PETERNAKAN
KONTAK KAMI SEGERA Dedy Winarto,S.Pt,M.Si CONTACT PERSON: 0853 2672 1970 E-mail : dedy_good@yahoo.co.id>

LINK JURNAL

PERUSAHAAN PETERNAKAN

TUKAR LINK/BANNER

Topik yang menarik dalam website ini?

free counters
"SELAMAT DATANG DIWEBSITE KILAS PETERNAKAN, MEDIA ONLINE SEPUTAR DUNIA PETERNAKAN ANDA"

PENGUMUMAN

KRITIK DAN SARAN KONTEN WEB
Jika Konten Web tidak berkenan atau Dilarang Oleh Pemerintah
Kirim e-mail: Dedy_good@yahoo.co.id
Web ini hanya sebagai sarana berbagi Informasi, Pengetahuan dan wawasan Semata. Informasi Lebih lanjut Tlp 0853 2672 1970(No SMS).
SEMOGA BERMANFAAT

Daging atau Telur Itik Sama-sama Menarik-2

Friday, October 02, 2009

Modal Kecil

Selama ini, usaha tani itik masih terkonsentrasi sebagai penghasil telur. Sementara dagingnya merupakan penghasilan sampingan dari itik afkir. Menurut pengakuan beberapa peternak, usaha itik petelur lebih menjanjikan ketimbang itik pedaging.Warkiya berpendapat, menjadi peternak itik petelur itu tenaganya lebih ringan, tapi penghasilannya lumayan. Pendapatan harian diperoleh dari penjualan telur, dan penghasilan bulanan bisa dari itik afkir.Hal senada diutarakan Raharjo, Ketua Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) “Adem Ayem” di Pakijangan, Bulakamba, Brebes, Jateng. “Modal beternak itik tidak terlalu besar. Biaya utama hanya untuk membeli anak itik (day old duck-DOD) yang harganya Rp4.500—Rp5.000/ekor,” ucapnya. Biasanya, lanjut dia, di Brebes peternak membeli 500 ekor DOD. Jumlah ini menjadi patokan agar memperoleh keuntungan minimal.Dari 500 ekor, setiap hari diperoleh 350—400 butir telur. Dengan harga jual Rp800—Rp850/butir dapat diperoleh hasil penjualan Rp280.000. Setelah dikurangi biaya pakan dan obat-obatan sebanyak Rp150.000—Rp180.000, keuntungan bersihnya Rp90.000—Rp100.000 sehari.Menurut Prof. Dr. Peni S. Hardjosworo, M.Sc., pakar itik dari Fakultas Peternakan IPB, jumlah keuntungan itu wajar. Soalnya, memelihara itik memang tidak terlalu rumit. Selain itu, kematian itik rendah dan produksi telurnya jauh lebih bagus ketimbang ayam kampung.Walaupun begitu, menurut Rekso Sulaiman, peternak itik dari KTTI Purwadiwangsa, Pesurungan Lor, Margadana, Tegal, yang harus diperhatikan pertama kali ketika beternak itik adalah wataknya. Itik tidak bisa disamakan dengan mesin untuk terus berproduksi.

Permintaan DOD dan Pullet Tinggi

Perkembangan itik di Cirebon cukup pesat. Hal ini berkat pola pengembangan sumber bibit, budidaya, dan pembesaran (CBU). Karena itulah Cirebon terkenal sebagai distributor bibit dan telur itik ke seluruh Indonesia.Ir. Setyo Utomo, dari Dinas Peternakan Kab. Cirebon, mengatakan, kerja keras ini membuahkan "Satya Lencana Pembangunan" dari pemerintah pusat. Anugerah ini berkat kebijakan pengembangan peternakan itik dalam bentuk kawasan dengan sentuhan prinsip agribisnis. Usaha yang semula hanya usaha turun-temurun dalam skala kecil, lalu disulap menjadi usaha strategis yang sangat menguntungkan sehingga bisa berkembang pesat.Data Dinas Peternakan Kab. Cirebon mencatat, populasi itik sebanyak 340.000 ekor yang menghasilkan telur hampir 3.400 ton/tahun. Dengan daya tetas 70—80%, sentra ini memproduksi bibit itik umur sehari (day old duck-DOD) hampir 2,9 juta ekor/tahun. Setyo Utomo memaparkan, jumlah itu pun masih jauh dari potensi pasar yang ada. Untuk konsumsi wilayah Jabar, Jateng, dan DKI saja mencapai 44.000 ton telur dan 4,3 juta ekor DOD per tahun.Ada tiga sentra peternakan itik di Kab. Cirebon, yakni Kapetakan, Gunung Jati, dan Losari. Produksi telur tetas dan DOD dikonsentrasikan di Kapetakan. Sementara itu, sentra produksi telur dan itik bayah (dara) di Losari dan Babadan.Ahmad Sobirin, Ketua KTTI Branjangan Putih Muda, produsen bayah di Desa Panggangsari, Kec. Losari, Cirebon, mengungkap, permintaan akan itik pullet atau dara masih tetap tinggi. “Saat ini permintaan ke kami hingga 5.000—6.000 ekor/minggu. Permintaan dari luar kota seperti Bandung, Banten, Lampung tidak dapat terpenuhi karena kami hanya mampu menyuplai 2.000—3.000 ekor/minggu,” ucapnya.

Sementara, permintaan DOD juga sangat tinggi. Abdul Wakhid, Ketua Tani Ternak Tigan Mekar di Desa Karanganyar, Pangurangan, Cirebon, misalnya, setiap hari mampu memasok mitranya sekitar 5.000 DOD di Cirebon, Brebes, Tangerang, Banten, dan Lampung. Pesatnya usaha peternakan bebek bisa dilihat terutama di Desa Karanganyar, Kec. Panguragan, Cirebon. Sebanyak 570 KK terjun dalam usaha penetasan telur bebek dan produksi itik dara.Lain halnya, di sentra Dusun Tawangsari Kejapanan-Gempol, Jatim. Hasan Bisri mampu membuat pembibitan persilangan itik. Ia berani membuat pembibitan karena istrinya mempunyai latar belakang pendidikan Biologi. ”Karena itu kami sering bereksperimen hingga menghasilkan persilangan Jabelpas (Jawa, Khaki Campbell, Pasuruan). Hasilnya bagus, kita punya parent stock-nya,” jelas Hasan.Sayangnya, Hasan terkendala modal untuk pengembangan ke arah pembibitan. Padahal prospeknya bagus seandainya ada modal atau pinjaman lunak untuk pengembangan ini dari pemerintah.

Source:agrina-online.com
Admin by Dedy,S.Pt,M.Si
@ Oktober 2009

0 comments:

KILAS PETERNAKAN ON FACEBOOK