Tanaman kedelai berkembang sejak tahun 1970an, dan mencapai puncak pada tahun 1992 dengan produksi 1,8 juta ton, dan sejak tahun tersebut produksi dan luas tanam menurun sampai pada titik terendah, sehingga kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi dari impor. Krisis pangan dan energi dunia yang terjadi dua tahun terakhir, diiringi dengan terjadinya kelangkaan kedelai di pasaran dunia, menjadikan harga kedelai melambung tinggi, sehingga produsen produk kedelai (tempe, tahu, kecap) kekurangan pasokan bahan baku.Kelangkaan kedelai mendorong pemerintah menggalakkan penanaman kedelai dengan berbagai program perluasan areal tanam, yang bertujuan untuk meningkatkan luas panen dan produksi. Sasaran utama perluasan areal tanam adalah pada wilayah-wilayah yang pernah menjadi sentra produksi kedelai.Salah satu wilayah yang pernah menjadi sentra produksi kedelai adalah Provinsi Lampung. Namun, saat ini komoditas pangan yang dominan diusahakan di lahan kering Provinsi Lampung adalah jagung dan singkong. Untuk kedua komoditas tersebut, lahan kering telah dimanfaatkan sangat intensif, dimana rantai pemasaran kedua komoditas tersebut telah stabil dan tidak ada masalah dibanding kedelai, karena tersedianya beberapa pabrik pakan dan tepung tapioka yang menampung seluruh produksi jagung dan ubikayu. Hasil jagung di wilayah tersebut saat ini bisa mencapai 6-8 ton/ha pipilan kering, dengan harga jual sekitar Rp 1.200,- sampai 1.500,- di tingkat petani, dengan penghasilan bersih sekitar 5-7 juta rupiah, yang relatif lebih tinggi dibanding usahatani kedelai.
Lebih lanjut kunjungi www.sinartani.com
@ September 2009
0 comments:
Post a Comment