Anda Pengunjung Ke-

free counter

Konsultasi Peternakan

KILAS INFORMASI

KAMI SIAP MENDAMPINGI ANDA
SILAHKAN DIPILIH JASA PELATIHAN DIBIDANG PETERNAKAN
KONTAK KAMI SEGERA Dedy Winarto,S.Pt,M.Si CONTACT PERSON: 0853 2672 1970 E-mail : dedy_good@yahoo.co.id>

LINK JURNAL

PERUSAHAAN PETERNAKAN

TUKAR LINK/BANNER

Topik yang menarik dalam website ini?

free counters
"SELAMAT DATANG DIWEBSITE KILAS PETERNAKAN, MEDIA ONLINE SEPUTAR DUNIA PETERNAKAN ANDA"

PENGUMUMAN

KRITIK DAN SARAN KONTEN WEB
Jika Konten Web tidak berkenan atau Dilarang Oleh Pemerintah
Kirim e-mail: Dedy_good@yahoo.co.id
Web ini hanya sebagai sarana berbagi Informasi, Pengetahuan dan wawasan Semata. Informasi Lebih lanjut Tlp 0853 2672 1970(No SMS).
SEMOGA BERMANFAAT

Swasembada Daging Tanggung Jawab Bersama

Tuesday, June 02, 2009

Swasembada daging tanggung jawab bersama
Telah diterbitkan di Koran Sore WAWASAN,Edisi Kamis 28 Mei 2009 indexs OPINI

KURANG dari satu tahun lagi tahun 2010, di mana pemerintah dituntut mampu bersasembada daging sesuai program yang dicanangkan tahun 2005 lalu yakni Program Kecukupan Daging (PKD) 2010. Artinya, tahun depan produksi daging khususnya sapi yang ada di Tanah Air mampu mencukupi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebuah harapan yang sangat menyejukkan hati kita tentunya. Tetapi benarkah tahun depan nanti Indonesia sudah benar-benar mampu swasembada daging dan program kecukupan daging 2010 terealisasi?

Produksi daging dalam negeri baru terpenuhi sekitar 75 persen atau setara 280 ribu kilo ton. Selebihnya masih impor dari Australia maupun New Zealand.

Menurut Dirjen Peternakan Deptan tahun 2006, populasi sapi potong di Indonesia sekitar 10,6 juta ekor. Konsumsi daging sapi nasional mencapai 365,5 ribu ton sedangkan penyediaan daging dalam negeri 252 ribu ton. Dengan kondisi tersebut terlihat selisih antara konsumsi dan produksi daging sebesar 29 persen, yakni mencapai 104,4 ribu ton atau sekitar 740 ribu ekor.

Sementara itu konsumsi daging tahun 2010 diperkirakan mencapai 414,1 ribu ton sedangkan produksi jika tanpa upaya percepatan akan menurun menjadi 231,8 ribu ton, dan tentunya selisih antara konsumsi dan produksi semakin besar yaitu 44 persen atau kekurangan 182,3 ribu ton atau setara 1,29 juta ekor. Penurunan disebabkan, di antaranya oleh pemotongan sapi betina produktif yang masih tinggi mencapai 200 ribu ekor per tahun.

Pemerintah memang telah melakukan beberapa upaya di antaranya mengintensifkan PKD 2010 dengan target pemenuhan swasembada daging melalui pencanangan Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) oleh Menteri Pertanian Anton Apriantono tahun 2007 lalu. Deptan berupaya mengembangkan sapi potong rakyat dengan melakukan peningkatan pengadaan sapi betina produktif dari tahun sebelumnya menjadi sekitar 20 ribu ekor pada tahun 2008 yang difokuskan pada 12 provinsi dan diperluas menjadi 18 provinsi. Dengan harapan pada tahun 2010 nanti impor daging bisa ditekan menjadi 10 persen.

Ini menunjukkan bahwa kita belum lepas sepenuhnya dari bayang- bayang impor daging dan bahkan impor bisa kembali meningkat apabila kebijakan pemerintahan yang baru nanti tidak pro sektor pertanian, khususnya sub sektor peternakan.

Populasi belum aman
Mengutip pernyataan guru besar FP Unibraw Ifar Subagyo di SM (30/3) bahwa potensi sapi potong khususnya lokal masih jauh dari kebutuhan masyarakat, karena dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, sapi potong untuk memenuhi kebutuhan daging rakyat hanya tersedia 13 juta ekor.

Jika memang ingin mewujudkan swasembada daging, tentunya pemerintah seharusnya terus intensif meningkatkan populasi ternak di kalangan peternak. Perlu mensinkronkan antara kebijakan yang bersifat teknis dan non-teknis. Perlu dilakukan terobosan-terobosan konkrit dan dukungan fasilitas yang menggairahkan usaha peternakan nasional.

Dukungan fasilitas yang harus ada di antaranya pendirian Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) hingga tingkat kecamatan, pembentukan, dan pengaktifan kembali kelompok- kelompok tani ternak sebagai wadah komunikasi antarpeternak serta tenaga penyuluh yang memadai di daerah-daerah untuk membantu mengarahkan para peternak dalam usaha budidaya peternakan. Hal ini dikarenakan peternakan di daerah masih banyak yang sulit mengakses informasi.

Di samping itu, pemerintah juga harus mampu menyediakan bibit unggul yang terjangkau melalui Inseminasi Buatan (IB), transfer embrio (TE), dan penanganan kesehatan reproduksi. Menurut Direktur Budidaya Ternak Ruminansia dari Dirjen Deptan (2008), di Indonesia tingkat kelahiran ternak sapi induk relatif masih sangat kecil, sekitar 15,8 persen dari 3,1 juta ekor sapi induk yang ada.

Hal lain yang cukup urgen dan cenderung menjadi kendala utama antara lain faktor permodalan. Pemberian kredit modal tanpa bunga bagi peternak cukup membantu. Perlu diingat, bahwa tidak tumbuhnya usaha budi daya peternakan selain disebabkan lambatnya perputaran modal dan biaya oprasional yang besar juga oleh bunga bank yang terlalu besar. Apabila upayaupaya yang efektif dan efisien tidak dilakukan, selamanya kita akan impor.

Hal lain yang perlu diingat bahwa swasembada daging tidak hanya terkait dengan ternak sapi. Esensinya, ke depan upaya peningkatan populasi dan produksi daging nasional juga menyangkut berbagai jenis ternak lain di antaranya kerbau, kambing, domba, unggas dan kelinci. Semua jenis ternak ini juga bagian dari sub sektor peternakan yang harus dibudidayakan dan dikembangkan secara intensif.

Untuk pijakan keberhasilan program swasembada daging 2010 perlu dibentuk tim independen dalam melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dalam upaya mencapai keberhasilan program keberlanjutan. Program swasembada daging baik sapi maupun ternak lainnya harus didukung dengan program perbibitan dan pengendalian penyakit yang dilakukan secara konsisten. Transfer embrio (TE) atau alih janin sebagai generasi kedua bioteknologi reproduksi yang mampu meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak secara cepat dan efisien harus terus diintensifkan seperti halnya inseminasi buatan (IB).

Tanggung jawab bersama
Program kecukupan daging memang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2005 lalu. Namun demikian, program ini seharusnya bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak dalam hal ini pemerintah saja, tetapi sudah menyangkut kepentingan dan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, untuk mewujudkan program swasembada daging secara nasional diperlukan adanya tindakan serius bersama antara pemerintah pusat dan daerah baik lintas sub sektor maupun departemen, dan tentunya dukungan dari berbagai elemen seperti peternak, swasta, asosiasi, DPR/DPRD tingkat I dan II, serta perguruan tinggi sebagai pihak independen, monitoring dan inovasi aplikasi teknologi tepat guna.

Dengan dukungan semua pihak terkait diharapkan program kecukupan daging berikutnya bukan sekadar impian belaka tetapi benarbenar bisa dan mampu merealisasikannya. hf

Dedy Winarto SPt
Mhs S2 Beasiswa Unggulan Depdiknas,
Program Studi Magister Ilmu Ternak Undip


Admin by Dedy,S.Pt
@ Juni 2009

3 comments:

ILMU PETERNAKAN DOT COM said...

semoga swasembada daging ditahun 2010 bisa tercapai. Kesuksesan program tersebut tidak dapat terlepas dari peran serta semua pihak termasuk peternak, pemerintah, pedagang, konsumen dan seluruh rakyat Indonesia.

Unknown said...

saya pikir untuk swasembada daging masih relatif sulit. soalnya kita lebih fokus ke swasembada beras. thanks

Dedy said...

Thanks Tut dan Animal Science corner atas comment-nya,swasembada beras ma jagung udh tercapai tp daging yg nota bene sama2 dibawah sektor pertanian kok msh byk yg impor.lihat saja New Zealand,Australia,Amerika...mereka negara2 maju yg ga pnh kekurangan daging bahkan malah diekspor.klo Qta serius,InsyaAlloh bisa kok.Sdm ga tll buruk,tinggal niat,sarana dan prasarana aj

KILAS PETERNAKAN ON FACEBOOK