Anda Pengunjung Ke-

free counter

Konsultasi Peternakan

KILAS INFORMASI

KAMI SIAP MENDAMPINGI ANDA
SILAHKAN DIPILIH JASA PELATIHAN DIBIDANG PETERNAKAN
KONTAK KAMI SEGERA Dedy Winarto,S.Pt,M.Si CONTACT PERSON: 0853 2672 1970 E-mail : dedy_good@yahoo.co.id>

LINK JURNAL

PERUSAHAAN PETERNAKAN

TUKAR LINK/BANNER

Topik yang menarik dalam website ini?

free counters
"SELAMAT DATANG DIWEBSITE KILAS PETERNAKAN, MEDIA ONLINE SEPUTAR DUNIA PETERNAKAN ANDA"

PENGUMUMAN

KRITIK DAN SARAN KONTEN WEB
Jika Konten Web tidak berkenan atau Dilarang Oleh Pemerintah
Kirim e-mail: Dedy_good@yahoo.co.id
Web ini hanya sebagai sarana berbagi Informasi, Pengetahuan dan wawasan Semata. Informasi Lebih lanjut Tlp 0853 2672 1970(No SMS).
SEMOGA BERMANFAAT

Agripesimisme Musuh Pembangunan Peternakan

Tuesday, September 15, 2009

Oleh: Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc
Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB

Ada 3 (tiga) sumber pertumbuhan dalam bisnis peternakan yang diyakini sebagai “drivers of change” (penentu perubahan) yang berperan dalam peningkatan nilai tambah (value added) produk-produk peternakan. Pertama, revolusi peternakan (livestocks revolution) yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi daging dan susu per kapita seiring meningkatnya pendapatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang. Sumber pertumbuhan kedua berasal dari fenomena upaya sistematis untuk meningkatkan konsumsi susu dalam negeri secara drastik atau yang dikenal sebagai revolusi putih (white revolution). Sumber pertumbuhan bisnis peternakan ketiga ditandai adanya revolusi supermarket (supermarket revolution). Seiring dengan peningkatan pendapatan, keberadaan supermarket yang dilengkapi dengan infrastruktur moderen yang menggunakan sistem pemasaran rantai dingin (cold chain marketing system) semakin dominan dalam bisnis ritel produk perternakan domestik. Revolusi peternakan dan revolusi putih akan semakin besar peranannya sebagai mesin pertumbuhan apabila didukung oleh revolusi supermarket. Tiga serangkai revolusi ini peranannya sangat penting dalam penciptaan nilai tambah baik di tingkat usaha ternak, industri hulu, industri hilir dan industri jasa.
Agripesimisme Dalam Pembangunan Peternakan
Meski demikian, sikap pesimisme terhadap peranan pertanian dalam arti luas (termasuk peternakan) sebagai penggerak perekonomian sering menjadi batu sandungan dalam mengembangkan bisnis peternakan yang berkelanjutan. Kegundahan terhadap pembangunan peternakan bukan tanpa alasan. Sementara di negara-negara maju kebijakan pemerintah umumnya berpihak kepada sektor peternakan, yang terjadi di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) justru sebaliknya.
Kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang seringkali tidak bersahabat dengan sektor pertanian dan peternakan. Paling tidak ada 5 (lima) fenomena yang mencerminkan agripesimisme, yaitu (a) kebijakan pemerintah yang bersifat “double squeeze”, (b) kebijakan pemerinatah yang bersifat “price scissors”, (c) salah mengartikan proses perubahan struktural dalam perekonomian, sumbangan relatif sektor pertanian-peternakan dalam GDP semakin lama semakin menurun, (d) belanja publik yang belum memadai dan (e) adanya penurunan bantuan donor bagi sektor pertanian-peternakan dan pembangunan perdesaan.
“The double squeeze development on agriculture”, sebuah istilah yang dicetuskan oleh Owen (1966). Istilah ini menggambarkan fenomena posisi petani yang mengalami jepitan (pemerasan) dari dua sisi. Jepitan pertama adalah terkait dengan soal harga produk pertanian yang ditekan dengan tujuan agar masyarakat industri yang ada di perkotaan tidak mengeluarkan biaya banyak untuk membeli produk pertanian. Alhasil masyarakat industri leluasa melakukan akumulasi modal untuk investasi selanjutnya. Jepitan kedua berasal dari harga-harga bahan (input) yang digunakan para petani untuk produksi pertanian misalnya traktor, pupuk, pestisida dan lain-lain, biasanya jauh lebih tinggi dan penyesuaian harganya lebih cepat (elastik) dari harga produk pertanian (inelastik).sumber:www.trobos.com
Selengkapnya baca di Majalah Trobos edisi September 2009

0 comments:

KILAS PETERNAKAN ON FACEBOOK