Anda Pengunjung Ke-

free counter

Konsultasi Peternakan

KILAS INFORMASI

KAMI SIAP MENDAMPINGI ANDA
SILAHKAN DIPILIH JASA PELATIHAN DIBIDANG PETERNAKAN
KONTAK KAMI SEGERA Dedy Winarto,S.Pt,M.Si CONTACT PERSON: 0853 2672 1970 E-mail : dedy_good@yahoo.co.id>

LINK JURNAL

PERUSAHAAN PETERNAKAN

TUKAR LINK/BANNER

Topik yang menarik dalam website ini?

free counters
"SELAMAT DATANG DIWEBSITE KILAS PETERNAKAN, MEDIA ONLINE SEPUTAR DUNIA PETERNAKAN ANDA"

PENGUMUMAN

KRITIK DAN SARAN KONTEN WEB
Jika Konten Web tidak berkenan atau Dilarang Oleh Pemerintah
Kirim e-mail: Dedy_good@yahoo.co.id
Web ini hanya sebagai sarana berbagi Informasi, Pengetahuan dan wawasan Semata. Informasi Lebih lanjut Tlp 0853 2672 1970(No SMS).
SEMOGA BERMANFAAT

Optimalisasi Agrobisnis Peternakan Kebumen

Thursday, July 23, 2009

Oleh Dedy Winarto
Telah diterbitkan di Kompas Indexs Jateng/Forum: Selasa, 21 Juli 2009
Usaha Agribisnis peternakan di Kabupaten Kebumen sebenarnya cukup berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu komoditi unggulan daerah. Kebumen merupakan salah satu sentra peternakan di Jawa Tengah khususnya ditinjau dari populasi sapi potongnya. Namun demikian, subsektor peternakan secara umum masih belum dioptimalkan seperti halnya sektor pertanian, industri, dan sektor-sektor lainnya.
Ada 8 jenis komoditas agribisnis peternakan di Kabupaten Kebumen, meliputi sapi potong, sapi perah, kuda, kerbau, babi, kambing, domba, dan unggas. Mengutip data dari Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah (2006), produksi daging Kebumen mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 produksi daging sapi dari total 26 kecamatan yang ada mencapai 1.124.872 kg, produksi daging kambing 1.586.413 kg. Kecuali pada jenis ayam ras pedaging dan ayam buras yang mengalami penurunan cukup drastis dari tahun sebelumnya karena memang ikut terkena wabah flu burung ketika itu. Namun, dari total produksi daging secara keseluruhan masih lebih tinggi dari tahun sebelumnya yakni mencapai 7.090.400 kg.
Dilihat dari potensi ketersediaan hijauan makanan ternak (HMT) dan cariying capacity yang ada sudah cukup mendukung. Cariying Capacity merupakan kemampuan ketersediaan hijauan makanan ternak terhadap daya tampung ternak yang dihitung dalam animal unit (AU). HMT di Kabupaten Kebumen mampu menampung ternak sebanyak 135.70 AU yang setara dengan 135.70 ekor sapi dewasa.
Ketersediaan pakan dari rumput lapangan 44,678 AU dan rumput unggul 28,926 AU. Potensi luas panen limbah pertanian untuk jerami padi tahun 2006 sekitar 72.435 Ha dengan produksi sebesar 181.088 ton dan cariying capacity 18.718 AU. Disamping itu ada limbah jerami jagung, kedelai dan daun ketela pohon dengan daya dukung ternak sekitar 2.796 sampai 8.609 AU yang juga belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan/cadangan pakan ternak terutama pada musim kemarau.
Teknologi Reproduksi
Hingga saat ini peningkatan populasi ternak termasuk sapi potong yang ada belum terlalu menggembirakan. Populasi sapi potong tahun 2006 tercatat 33.468 ekor, hanya terjadi peningkatan 630 ekor. Populasi sapi potong terbesar ada di Kecamatan Ambal, Puring, dan Bulus Pesantren. Adapun untuk populasi kambing tertinggi menonjol di 6 Kecamatan yakni Karanggayam, Mirit, Ambal, Klirong, Kutowinangun, dan Buayan sedangkan domba ada di Kecamatan Mirit, Ambal, Kuwarasan, dan Bonorowo.
Masih sangat diperlukan upaya optimalisasi jangka panjang untuk memacu peningkatan populasi ternak dari yang sudah ada sekarang ini. Penerapan teknologi reproduksi seperti Inseminasi Buatan (IB) dan Transfer Embrio (TE) sejauh ini belum digarap dengan baik.
Padahal dengan mengintensifkan penerapan teknologi reproduksi seperti program Inseminasi Buatan (IB) dan juga transfer embrio (TE) merupakan salah satu kunci sukses untuk meningkatkan populasi sekaligus mutu genetik ternak di peternakan rakyat. Sosialisasi dan peningkatan kuantitas serta kualitas SDM pelaksana aplikasi bioteknologi ini masih minim dan perlu ditingkatkan dilapangan. Tahun 2001 sampai 2003, tenaga Inseminator mengalami pasang surut, dari 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen hanya sekitar 20 orang Inseminator dari semula 27 orang.
Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah pusat, propinsi dan juga daerah adalah penerapan TE yang belum ada gregetnya hingga sekarang. TE idealnya bisa lebih diintensifkan dan memasyarakat seperti halnya IB. TE merupakan generasi kedua dalam bioteknologi reproduksi sapi setelah IB. TE diperkenalkan Pemerintah Perancis ke Indonesia sejak tahun 1996 melalui BPTP. Namun ironisnya, hingga akhir tahun 2008 program ini baru menghasilkan 15 ekor sapi di seluruh wilayah Indonesia.
Teknologi reproduksi sangat mendukung kelangsungan agribisnis peternakan ternak besar (sapi, kerbau) maupun ternak kecil (kambing, domba) yang mempunyai prospek sangat cerah, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional.
Terbukti, peningkatan kebutuhan daging yang tidak diikuti dengan peningkatan produksi daging dalam negeri telah menyebabkan pemerintah Indonesia sampai saat ini masih melakukan impor daging maupun sapi bakalan. Ini motivasi tersendiri bagi daerah-daerah yang telah menjadi sentra-sentra peternakan seperti halnya Kebumen. Secara umum, konsumsi daging Kabupaten Kebumen tahun 2006 dengan jumlah penduduk 1.212.809 orang sekitar 5.8463 kg dan konsumsi telur 1.7377 kg.
Optimalkan Sapi PO
Populasi sapi-sapi keturunan yang sudah ada seperti Peranakan Simmental (PS), Persilangan Simental dengan PO (Simpo), Peranakan Limousin dengan PO (Limpo), dan lain sebagainya tetap dikembangkan. Tetapi, disisi lain upaya meningkatkan populasi sapi lokal seperti Peranakan Ongole (PO) sendiri yang sudah terbukti mampu beradaptasi dengan baik juga tidak boleh diabaikan. Apalagi dimungkinkan sapi PO di Jateng dan DIY dalam waktu 15-20 tahun yang akan datang akan punah (hilang) akibat persilangan terus-menerus dengan Simmental, Limousin, dan lain sebagainya tanpa ada tujuan yang jelas. Dilihat dari produksi dagingnya memang lebih positif. Namun, dari aspek adaptasi ternak hasil persilangan baru terhadap daya dukung wilayah dan peningkatan populasi serta pelestarian sapi PO sebagai plasma nutfah nasional, sangat merugikan. Sapi PO sudah banyak dilakukan penelitian dan hasilnya menunjukkan meskipun bobot badan tidak setinggi sapi impor, tetapi dari segi Feed konversinya lebih baik. Dengan kualitas pakan seadanya bobot badan relatif masih bagus, berbeda dengan sapi bangsa Eropa seperti Simmental misalnya yang bobot badannya akan turun drastis ketika diberi pakan yang sama.
Dan untuk membuka peluang optimalisasi potensi yang ada, kendala dan masalah di lapangan seperti ketersediaan pakan yang tidak merata, pemanfaatan limbah pertanian yang belum optimal terutama di Kecamatan–kecamatan basis peternakan harus segera diatasi termasuk pengaktifan kembali kelompok-kelompok tani ternak.
Pemerintah propinsi bersama-sama dengan pemerintah kabupaten harus mampu menyediakan bibit unggul yang terjangkau dan penanganan kesehatan reproduksi agar upaya peningkatan populasi ternak dalam jangka panjang tetap aman. Pangsa pasar Kebumen, Jateng dan nasional yang masih terbuka lebar menjadikan usaha agribisnis peternakan masih sangat prospektif.
Ketersediaan hijauan makanan ternak (HMT) termasuk melimpahnya limbah produksi pertanian di Kebumen sebenarnya cukup potensial, tinggal bagaimana pemerintah daerah memandang peluang ini. Dukungan konkrit semua pihak baik pemerintah, instansi/lembaga penelitian/perguruan tinggi, swasta maupun masyarakat peternak sendiri sangat diperlukan guna mendukung optimalisasi. Selain mengintensifkan program-program yang sudah ada, disisi lain terobosan-terobosan baru untuk mengoptimalkan potensi peternakan utamanya peternakan rakyat lebih diprioritaskan lagi karena memang populasi ternak terbesar ada di peternakan rakyat.

Admin by Dedy,S.Pt
@ Juli 2009

0 comments:

KILAS PETERNAKAN ON FACEBOOK