SILASE merupakan teknologi pengawetan hijauan makanan ternak (HMT) yang telah dikampanyekan pemerintah sejak 1975. Prinsip silase adalah memfermentasi bahan HMT, sehingga lebih kaya nutrisi, lebih mudah dicerna ternak serta memiliki daya cerna yang lebih baik, dan bisa disimpan dalam waktu lama (3-6 bulan).
Kalau hal ini bisa dimaksimalkan para petani / peternak, tentu mereka tak perlu kesulitan mencari HMT di musim kemarau. Produksi ternak (daging / susu) pun tidak terganggu. Kalangan peternak di Eropa, yang kondisi iklimnya lebih ekstrem, daripada
Indonesia tak pernah terganggu dalam penyediaan HMT karena sudah terbiasa mengaplikasikan teknik silase.
Sayangnya, sampai saat ini kalangan petani / peternak di negeri ini cenderung tak berminat. Tingkat pendidikan jelas memengaruhi pola pikir (mindset) dalam merencanakan masa depan ternaknya.
Dulu bahan yang digunakan umumnya rumput gajah, yang tumbuh subur di musim hujan dan ’’menghilang’’ di musim kemarau. Mungkin petani / peternak beranggapan, persediaan rumput di musim hujan melimpah, mengapa harus membuat silase?
Akibatnya, rumput gajah dibiarkan diberikan dalam keadaan segar. Tetapi, biasanya, mereka kelabakan ketika musim kemarau tiba, karena tak banyak lagi tersedia rerumputan.
Sebenarnya, petani / peternak juga dapat menggunakan daun jagung sebagai bahan silase. Daun jagung, yang selama ini diberikan dalam bentuk segar (terutama kepada kambing), relatif tersedia sepanjang tahun.
Dicacah-cacah Untuk membuat silase, pilihlah daun jagung dari tanaman berumur 90 -100 hari. Daun jagung dicacah-cacah dengan panjang 10 - 50 mm.
Pencacahan ini mempunyai dua tujuan. Pertama, dapat mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipadatkan yang berguna untuk mengeluarkan oksigen. Kedua, menyeragamkan ukuran bahan agar kondisi hijauan lebih padat dan kedap udara.
Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantung plastik untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan suasana anaerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Jika memiliki modal lebih banyak, Anda dapat membuat silo yang lebih baik. Bisa terbuat dari drum, tembok (semen), maupun silo tanah.
Proses fermentasi memerlukan starter untuk merangsang perkembangan bakteri asam laktat. Starter bisa berupa tetes tebu (molase) atau gula pasir, yang sangat diperlukan apabila bahan dasarnya kurang mengandung karbohidrat. Dapat pula dibantu dengan bahan kimia (asam formiat), apabila kandungan air dari bahan cukup tinggi.
Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata. Setelah rata betul, campuran ini dimasukkan ke karung plastik yang dilapisi kantong plastik, sedikit demi sedikit, sehingga padat.
Tekanlah agar udara di dalam plastik keluar, dan tak memungkinkan udara dari luas masuk. Setelah dipastikan tidak ada celah untuk udara keluar-masuk, kantung plastik diikat secara rapat. Jika tidak padat dan rapat, bisa merusak kualitas silase yang dihasilkan.
Anaerob Ikatan harus rapi dan kuat di setiap bagian, baik saat mengikat kantung plastik maupun karung plastik. Jangan sampai ada gelembung udara di dalam kantung plastik atau silo tadi. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo dalam keadaan anaerob (tanpa udara).
Dalam kondisi tertutup rapat, bahan disimpan dan bisa ditumpuk. Waktu penyimpanan dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari).
Setelah melewati umur penyimpanan ini, silase dapat tahan disimpan selama 3-6 bulan asalkan jangan dibuka-tutup. Setelah disimpan 3 minggu, bahan dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak. Kualitas silase dapat diketahui dari keadaan fisiknya, yaitu harum dan tidak basah.
Kalau mau diberikan kepada ternak, sebaiknya diangin-anginkan dulu selama satu jam. Jika tak segera diberikan, jangan dibuka dulu agar silase tetap tahan lama.
Saat diberikan kepada ternak, kantung plastik jangan sering dibuka-tutup. Dalam sehari hanya boleh dibuka sekali (untuk konsumsi pagi dan sore sekaligus). Kalau sering dibuka tutup, kualitas silase akan cepat rusak.
Ternak yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan HMT yang biasa dimakan. Tapi jika sudah terbiasa, dapat diberikan seluruhnya sesuai dengan kebutuhan. Peternak pun tak perlu lagi menjumpai krisis HMT, termasuk di musim kemarau. (Amanah-32)
Source:http://suaramerdeka.com/10 Juli 2009
Dokumentasi oleh Dedy
MENU UTAMA
KILAS INFORMASI
LINK JURNAL
PERUSAHAAN PETERNAKAN
Topik yang menarik dalam website ini?
PENGUMUMAN
KRITIK DAN SARAN KONTEN WEBJika Konten Web tidak berkenan atau Dilarang Oleh Pemerintah Kirim e-mail: Dedy_good@yahoo.co.idWeb ini hanya sebagai sarana berbagi Informasi, Pengetahuan dan wawasan Semata. Informasi Lebih lanjut Tlp 0853 2672 1970(No SMS).SEMOGA BERMANFAAT |
SILASE DAUN JAGUNG UNTUK TERNAK
Monday, January 18, 2010
Labels: peternakan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment